Terkait Jalan Sumbong – Pencado PUPR Taliabu “Bafoya” Orang Satu Kabupaten

More articles

spot_img
Ternyata kesuksesan pembangunan infrastruktur oleh Dinas PUPR di Pulau Taliabu diduga hanya cerita belaka. Pasalnya, cerita indah yang didongengkan ternyata menyisakan sekelumit persoalan. Tak hanya pekerjaan fisik yang terbengkalai, namun sadisnya ganti rugi kebun masyarakatpun hanya tinggal janji. Akankah eforia kesuksesan pembangunan ini akan benar-benar indah?
Taliabu, Investigasi.News – Setelah Dinas PUPR membeberkan dengan rinci pekerjaan pembangunan infrasturktur APBD tahun 2022 yang telah mereka selesaikan melalui pemberitaan oleh salah satu media online ternyata menjadi sorotan publik. Pasalnya, rincian yang disampaikan Kepala Dinas PUPR Taliabu Suprayidno, melalui Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga, Sudarman, dengan mencantumkan daftar proyek seperti Jalan dan Jembatan serta pembukaan ruas jalan yang telah diselesaikan salah satunya pekerjaan jalan Sumbong- Pencado Taliabu Selatan.

Pantauan awak media senin (10/04) bahwa Jalan Pencado – Sumbong belum selesai dikerjakan/penyelesaian. Sesuai data LPSE yang dikantongi awak media bahwa pembangunan jalan tersebut dianggarkan tahun 2022 pagu Rp. 16.720.000.000.00, Hps Rp.16.719.972.307.79 namun hingga saat ini tahun 2023 bulan April jalan tersebut ternyata belum juga selesai.

Roni warga Desa Sumbong, mengatakan dirinya sontak kaget dan heran ketika Pihak Dinas PUPR mengatakan Jalan Sumbong – Pencado telah selesai dikerjakan/penyelesaian.

”saya selama ini bingung dengan kinerja PUPR buat jalan tidak pernah jadi, habis buat jalan rusak lagi kemudian buat lagi, dan sekarang sudah tidak kerja lagi, Jalan Pencado – Sumbong ini tidak tau kapan mereka selesaikan. Sudah satu minggu ini kegiatan pembangunan jalan tidak ada, dan alat berat pun sudah tak terlihat di lokasi proyek,” ungkapnya.

Parahnya tanaman miliknya yang telah digusur, hingga sampai saat ini belum pernah dibayarkan.

”kebun saya itu sudah hampir 4 tahun waktu digusur, sampai saat ini belum juga dibayarkan ganti rugi. Di dalam kebun saya yang digusur terdapat tanaman pohon kelapa dan pohon cokelat sekitar 100 pohon lebih. Mereka hanya janji dan janji sampai hari ini tidak pernah bayar,” keluhnya.

Kami masyarakat, lanjut Roni, kami mau jalan itu bagus dan cepat diselesaikan pekerjaannya, dan lahan – lahan masyarakat yang digusur tanamannya digantilah, tanaman itu kami tanam dan rawat membutuhkan waktu bertahun – tahun, mereka main gusur saja tanpa memikirkan kami sebagai rakyat kecil, kami merasa dibohongi dan dizalimi hak kami”, ujarnya.

Penulis : Taufik Ladee
Editor : Y.Tabaika

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Latest

spot_img